HAKIKAT KONSELING

  1. Pengertian Konseling
Secara etimologis istilah konseling berasal dari bahasa latin, yaitu “consilium” yang berarti “dalam” atau “bersama”. Berikut pengertian konseling menurut pendapat beberapa ahli:
a.       Menurut Jones (dalam bimo walgito ,2004:6))
Counseling is talking over a problem with someone usually but not always , one of the two has fact or experiences or abilities not possessed to the same degree by the other, the process of counseling, involves a clearing up of the problems by discussion”.
Dari pengertian diatas dapat kita pahami bahwa konseling merupakan suatu pembicaraan sebuah masalah dengan seseorang yang salah satu masalah yang dibicarakan adalah mengenai pengalaman-pengalaman hidupnya, kemampuan atau bakat yang dimiliki dan seharusnya sesuai dengan tahap perkembangan dan selaras dengan orang lain, sehingga dengan proses konseling ini dapat membantu mengentaskan masalah yang dihadapi dengan berdiskusi.
b.      Menurut Wrenn (dalam Bimo Walgito,2004:6))
Counseling is personal and dynamic relationship between two people who approach a mutually defined problem with mutual consideration for each other to the end that the younger, or less mature, or more troble of the two is aided to a self determined resolution of his problem.”
c.       Menurut Bernard & Fullmer (dalam Prayitno dan E.Amti, 1994:100)
Konseling meliputi pemahaman dan hubungan individu untuk mengungkapkan kebutuhan-kebutuhan, motivasi, dan potensi-potensi yang unik dari individu dan membantu individu yang bersangkutan untuk mengapresiasi ketiga hal tersebut.
d.      Menurut Division of Counseling Psycology (dalam Prayitno, 1994:100)
Konseling diartikan sebagai suatu proses untuk membantu individu mengatasi hambatan-hambatan perkembangan dirinya, dan untuk mencapai perkembangan optimal kemampuan pribadi yang dimilikinya, dimana proses tersebut terjadi setiap waktu.
e.       Menurut Pietrofesa (dalam Latipun, 2008:5))
Konseling adalah proses yang melibatkan seorang profesional yang bersaha membantu orang lain dalam mencapai pemahaman dirinya (self understanding), membuat keputusan dan pemecahan masalah.
f.       Menurut Mugiharso,dkk (2011:5)
Konseling adalah suatu proses memberi bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh seorang ahli (yang disebut konselor) kepada individu yang sedang mengalami suatu masalah (disebut klien) yang bermara pada teratasinya masalah yang sedang dihadapi oleh klien.
Dari pendapat beberapa ahli diatas dapat disimpulkan bahwa Konseling adalah suatu proses pemberian bantuan oleh konselor kepada konseli yang dilakukan secara face to face dan continue(berkelanjutan dan bertahap)  serta bertujan untuk mengentaskan masalah konseli, dan konseli mampu menyesuaikan diri di kehidupannya dan membuat keputusannya sendiri (dengan bantuan konselor) untuk mencapai KES (kehidupan efektiksehari-hari) sesuai dengan batas-batas potensi dan bakat yang dimiliki dengan memperhatikan norma-norma yang ada (normatif).
  1. Tujuan Konseling
Tujuan umum diadakannya bimbingan dan konseling adalah untuk membantu klien mencapai perkembangan yang optimal sesuai dengan bakat dan potensi yang dimilikinya (Williamson, dalam Latipun,2008:45).
Sedangkan menurut Pietrofesa dkk (dalam Latiupun,2008:45) mengemukan bahwa tujuan dari konseling lebih dirincikan lagi dari pendapat Williason diatas, yaitu berdasarkan dari masalah-masalah yang dihadapi klien, yang menurut Krumboltz dapat diklasifikasikan sebagai mengubah perilaku yang salah penyesuaian, belajar membuat keputusan dan mencegah timbulnya masalah.berikut penjelasan rincinya
a.       Mengubah perilaku yang salah penyesuaian
Yang dimaksud disini adalah perilaku yang kurang tepat yang secara psikologis dapat mengarah ke perilaku yang patologis.Konseling diharapkan dapat membantu klien untuk dapat mengenali perilakunya sendiri yang salah dan melakukan penyesuaian atau perubahan kea rah yang lebih adaptif. Namun tidak semua konseli dapat mengenali atau memahami dirinya sendiri dan perilakunya yang kuran sesuai, tugas konselor disini adalah membantu konseli agar dapat memahami dirinya dan perilakunya tersebut.
b.      Belajar membuat keputusan
Membuat keputusan tidak semudah membalik telapak tangan. Karena kebanyakan dari konseli bingung atau ragu apakah konsekuensi dari keputusan yang akan dipilihnya serta alternative keputusan apa yang harus diambilnya.Membuat keputusan bagi konseli melalui proses belajar, yaitu mulai belajar mengidentifikasi alternative, memiliki alternative, menetapkan alternative, serta memprediksi berbagai konsekuensi dari keputusannya (Black,1983). Sehingga dari kegiatan belajarnya tersebut konselor dapat membantu member dorongan agar konseli berani membuat keputusan dengan sudah mempertimbangkan konsekuensi yang akan terjadi.
c.       Mencegah munculnya masalah
Konseling diselengarakan tidak hanya mencegah agar tidak mengalami hambatan dikemudian hari, tetapi juga mencegah agar masalah yang dihadapinya itu secepatnya terselesaikan dan jangan menimbulkan Gangguan.
      Kedua tujuan tersebut yang dikemukakan oleh Williason dan Pietrofesa merupakan tujuan konseling yang bersifat operasional dan jangka menengah dan jangka pendek. Menurut Patterson (dalam Latipun,2008:49) tujuan konseling tidak hanya bersifat jangka pendek dan jangka menengah, namun juga ada tujuan berjangka panjang. Yang termasuk tujuan jangka pendek diantaranyakesediaan klien untuk membuka diri, jika tujuan ini dapat dicapai tujuan berikutnya adalah klien lebih menghargai dirinya, terbuka dengan pengalamannya sebagaimana yg ingin dicapai pada tujuan menengah, yaitu mencoba mengembangkan potensi individu. Dan tujuan akhir merupakan tujuan jangka panjang yaitu sejalan dengan tujuan hidup, misalnya aktualisasi diri, realisasi diri, dan peningkatan diri.
Berikut dapat kita liat karakteristik konseling secara lebih rinci,
komponen
konseling
Proses
# Dilakukan secara teratur dan bertahap dan sifatnya khusus dan dinamis, yaitu sesuai dengan situasi dan masalah dari konseli.
# Adanya pengentasan masalah yang dilakukan konselor, namun tetap pilihan pemecahan masalah dipilih sendiri oleh konseli.
Bentuk
Konseling tidak dapat dilakukan secara klasikal , namun secara individu maupun kelompok
Tenaga
Konseling diberikan oleh seorang ahli, yaaitu seorang konselor yang telah lulus S1+telah menempuh Pendidikan Profesi Konseling (PPK).
Metode
Konseling dilakukan dengan metode face to face, tatap muka secara langsung serta wawancara langsung
Tujuan
Konseling diberikan dengan tujuan utama agar masalah yang dihadapi konseli dapat terselesaikan dan terentaskan.

  1. Karakteristik Konseling
Menurut George dan Cristiani (1990) mengemukakan ada enam karakteristik dinamika dan keunikan hubungan konseling disbanding dengan hubungan membantu yang lainnya. Berikut penjelasannya :

a.       Adanya Afeksi
Hubungan yang penuh afeksi ini dapat mengurangi rasa kecemasan dan ketakutan pada klien, dan diharapkan hubungan konselor dan klien lebih produktif.
b.      Intensitas
Hubungan konseling dilakukan secara intensif, hubungan konselor dan klien yang intens ini diharapkan dapat saling terbuka terhadap persepsinya masing-masing. Tanpa adanya hubungan yang intens hubungan konseling tidak akan mencapai pada tingkatan yang diharapkan.
c.       Pertumbuhan dan perubahan
Hubungan konseling bersifat dinamis dan terus berkembang sebagaimana perubahan dan pertumbuhan yang terjadi pada konselor dan klien.
d.      Privasi
Pada prinsipnya dalam hubungan konseling perlu adanya keterbukaan klien, dan konselor harus menjaga kerahasiaan seluruh informasi tentang klien dan tidak dibenarkan mengemukakan secara transparan kepada orang lain.
e.       Dorongan
Dalam hubungan konseling memberikan dorongan kepada klien untuk meningkatkan kemampuan dirinya dan berkembang sesuai dengan kemampuannya.
f.       Kejujuran
Hubungan konseling didasarkan atas saling kejujuran dan keterbukaan, serta adanya komunikasi terarah antara konselor dengan kliennya.



  1. Konseling sebagai Hubungan Membantu
Yang dimaksud dengan hubungan membantu dalam konseling menurut Rogers (dalam latipun, 2008:42) adalah untuk peningkatan pertumbuhan, kematangan, fungsi, cara penanganan kehidupannya dengan memanfaatkan sumber-sumber internal pada pihak yang diberikan. Hubungan antar manusia yang mengandung unsur-unsur pemberian bantuan memang sangat banyak, karena dalam interaksi dengan orang lain seseorang pasti mempunyai masalah atau konflik yang harus segera diselesaikan untuk dapat mewujudkan KES (kehidupan efektif sehari-hari).Akan tetapi, atas sifat dan ciri-cirinya, tidak semua pemberian bantuan dapat dibuat profesional.
Berikut cirri-ciri dari suatu hubngan membantu (Helping relationship) menurut Bruce Shertzer dan Sally C Stone  (dalam Azmi’s blog:2011)

a.        Helping relation adalah penuh makna, bermanfaat.
b.        Adanya afeksi dalam helping relation.
c.        Keutuhan pribadi tampil atau terjadi dalam helping relation.
d.        Helping relation terbentuk melalui kesepakatan bersama individu-individu yang terlibat.
e.        Hubungan terjalin karena individu yang hendak dibantu membutuhkan informasi, pelajaran,  bantuan, pengalaman dan perawatan dari orang lain.
f.         Helping relation dilangsungkan melalui komunikasi dan interaksi.
g.        Struktur helping relation adalah jelas atau gamblang.
h.        Upaya-upaya yang bersifat kerja sama menandai helping relation.
i.         Orang-orang dalam helping relation dapat dengan mudah ditemui atau didekati dan terjamin ajeg sebagai pribadi.
j.         Perubahan merupakan tujuan hubungan konseling.
k.        Konseling pada dasarnya merupakan helping relation (hubungan yang membantu).


Suatu hubungan membantu (helping relationship) Dapat dikatakan Hubungan membantu yang profesional jika pekerjaan tersebut dilakukan oleh tenaga yang ahli dalam bidangnya. Sehingga proses konseling dapat dikatakan sebagai hubungan membantu yang profesional jika yang melakukan adalah seorang konselor yang ahli dalam bidangya, dengan segala metode pemecahan masalah yang digunakan  untuk membantu klien dengan berbagai macam masalah yang dihadapi.
Konselor yang profesional tidaklah serta merta dapat menjadi seperti itu. Butuh pemikiran-pemikiran serta kesadaran bahwa dirinya adalah seorang helper yang dengan ikhlas membantu menangani masalah kliennya. Butuh latihan-latihan untuk dapat memahami setiap karakter kliennya, karena pada dasarnya sifat mausia itu beragam dan tidak dapat disamakan satu sama lain dalam hal memberi bantuan (helping relation). Oleh karena itu pengetahuan konselor akan psikologi baik psikologi perkembangan, psikologi umum,dll, adalah mutlak perlu dikuasai oleh konselor sebagai landasan dalam melakukan helping relation.



Daftar Pustaka
Latipun. 2008. Psikologi Konseling. Malang:UPT Penerbitan UMM
Prayitno & E.Amti. 1994. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta:Rineka Cipta
Mugiharso,Heru dkk. 2011. Bimbingan dan Konseling. Semarang: Unnes Press
Walgito,Bimo. 2004. Bimbingan dan Konseling (studi dan karir). Yogyakarta:Penerbit Andi
Azmi. 2011. Konseling sebagai Profesional Helping dalam Azmi’s blog .
(senin,3 oktober 2011). Diunduh minggu, 18 maret 2012 08.30

Komentar

Postingan Populer