FAKTOR PENGHAMBAT KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI
Berikut ini adalah beberapa hal yang merupakan hambatan komunikasi :
1). Gangguan (Noise)
Menurut sifatnya
dapat diklasifikasikan sebagai :
a.
Gangguan Mekanik (Mechanical Noise)
Adalah gangguan yang disebabkan saluran
komunikasi atau kegaduhan yang bersifat fisik.
b.
Gangguan Semantik (Semantic Noise)
Gangguan
semantik ini bersangkutan dengan pesan komunikasi yang pengertianya menjadi
rusak. Gangguan semantik tersaring kedalam pasan melalui penggunaan bahasa.
Lebih banyak kekacauan mengenai pengertian suatu istilah atau konsep yang
terdapat pada komunikator, akan lebih bnayak gangguan semantik dalam pesannya.
Gangguan semantik terjadi dalam salah pengertian.
Semantik adalah pengetahuan mengenai pengertian
kata-kata. Lambang kata yang sama mempunyai pengertian yang berbeda untuk
orang-orang yang berlainan.
Gangguan Semantik ialah gangguan komunikasi
yang disebabkan karena kesalahan pada bahasa yang digunakan ( Black 1979).
Gangguan semantik sering terjadi karena:
Kata-kata
yang digunakan telalu banyak memakai jargon bahasa asing sehingga sulit
dimengerti oleh khalayak tertentu.
Bahasa
yang digunakan pembicara berbeda dengan bahasa yang digunakan oleh penerima.
Struktur
bahasa yang digunakan tidak sebagaimana mestinya, sehingga membingungakan
penerima.
Latar
belakang budaya yang menyebabkan salah persepsi terhadap simbol-simbol bahasa
yang digunakan.
2). Kepentingan (Interest)
Kepentingan akan membuat seseorang selektif
dalam menggapi atau menghayati suatu pesan. Kepentingan bukan hanya
mempengaruhi perhatian kita saja tetapi juga menentukan daya tanggap, perasaan,
pikiran, dan tingkah laku kita akan merupakan sifat reaktif terhadap segala
perangsangg yang tidak bersesuaian atau bertentangan dengan suatu kepentingan.
3). Motivasi Terpendam
Motivasi terpendam ini akan mendorong seseorang
berbuat sesuatu yang sesuai dengan keinginan, kebutuhan, dan kekurangannya
keinginan, kebutuhan dan kekurangan seseorang berbeda dengan orang lainnya,
dari waktu ke waktu dan dri tempat ke tempat, sehingga karenanya motivasi itu
berbeda dalam intensitasnya. Demikian pula intensitas tanggapan seseorang
terhadap suatu komunikasi.
Semakain sesuai komunikasi dengan motivasi
seseorang semakin besar kemungkinan komunikasi itu dapat diterima dengan baik
oleh pihak yang bersangkutan. Sebaliknya komunikan akan mengabaikan suatu
komunikasi yang tidak sesuai dengan motivasinya.
- Prasangka
Merupakan
salah satu rintangan atau hambatan berat bagi suatu kegiatan komunikasi. Oleh
karena orang yang mempunyai prasangka selalu bersikap curiga dan menentang
komunikator yang hendak melancarkan komunikasi. Dalam prasangka, emosi memaksa
kita untuk menarik kesimpulan atas dasar prasangka tanpa menggunakan pikiran
yang rasional. Emosi seringkali membutakan pikiran dan pandangan kita terhadap
fakta yang nyata bagaimanapun, sehingga
seseorang tidak akan dapat berpikir secara obyektif. (Effendy,
2000:45-49)
5.
Persepsi yang keliru
Menurut Sears dkk (1994:52)
menyatakan bahwa persepsi adalah bagaimana seseorang membuat kesan pertama,
prasangka apa yang mempengaruhi mereka dan jenis informasi apa yang kita pakai
untuk sampai kepada kesan tersebut dan bagaimana akuratnya kesan kita. Jadi
dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan persepsi adalah proses
menyimpulkan informasi dan menafsirkan kesan yang diperoleh melalui alat indera
kita.
Dalam komunikasi antar pribadi
tidak selamanya mulus sesuai dengan tujuan yang diharapkan, bahkan sering
ditemukan kegagalan dalam berkomunikasi karena persepsi orang sering tidak
cermat.Bila dalam berkomunikasi kita menganggap seseorang itu sombong, maka
kita akan menghindari bercakap-cakap dengan orang tersebut.
Kekeliruan dan kegagalan persepsi
Persepsi kita sering tidak cermat.
Salah satu penyebabnya adalah asumsi atau pengharapan kita. Beberapa bentuk
kekeliruan dan kegagalan persepsi adalah sebagai berikut:
a. Kesalahan Atribusi
Atribusi adalah
proses internal dalam diri kita untuk memahami penyebab perilaku orang lain.
Dalam usaha mengetahui orang lain, kita menggunakan beberapa sumber informasi.
Misalnya, kita mengamati penampilan fisik seseorang, karena faktor seperti
usia, gaya pakaian, dan daya tarik dapat memberikan isyarat mengenai
sifat-sifat utama mereka.Kesalahan atribusi bisa terjadi ketika kita salah
menafsir makna pesan atau maksud perilaku si pembicara.
Salah satu sumber kesalahan atribusi lainnya
adalah pesan yang dipersepsi tidak utuh atau tidak lengkap, sehingga kita
berusaha menafsirkan pesan tersebut dengan menafsirkan sendiri kekurangannya,
atau mengisi kesenjangan dan mempersepsi rangsangan atau pola yang tidak
lengkap itu sebagai lengkap.
b. Efek Halo
Kesalahan persepsi
yang disebut efek halo (halo effects) merujuk pada fakta bahwa begitu kita
membentuk suatu kesan menyeluruh mengenai seseorang, kesan yang menyeluruh ini
cenderung menimbulkan efek yang kuat atas penilaian kita akan sifat-sifatnya
yang spesifik. Efek halo ini memang lazim dan berpengaruh kuat sekali pada diri
kita dalam menilai orang-orang yang bersangkutan. Bila kita sangat terkesan
oleh seseorang, karena kepemimpinannya atau keahliannya dalam suatu bidang,
kita cenderung memperluas kesan awal kita. Bila ia baik dalam satu hal, maka
seolah-olah ia pun baik dalam hal lainnya.
Kesan menyeluruh
itu sering kita peroleh dari kesan pertama, yang biasanya berpengaruh kuat dan
sulit digoyahkan. Para pakar menyebut hal itu sebagai “hukum keprimaan” (law of
primacy). Celakanya, kesan awal kita yang positif atas penampilan fisik
seseorang sering mempengaruhi persepsi kita akan prospek hidupnya. Misalnya,
orang yang berpenampilan lebih menarik dianggap berpeluang lebih besar dalam
hidupnya (karir, perkawinan, dan sebagainya).
c. Stereotif
Kesulitan
komunikasi akan muncul dari penstereotipan (stereotyping), yakni
menggeneralisasikan orang-orang berdasarkan sedikit informasi dan membentuk
asumsi mengenai mereka berdasarakan keanggotaan mereka dalam suatu kelompok.
Dengan kata lain, penstereotipan adalah proses menempatkan orang-orang dan
objek-objek ke dalam kategori-kategori yang mapan, atau penilaian mengenai
orang-orang atau objek-objek berdasarkan kategori-kategori yang dianggap
sesuai, alih-alih berdasarkan karakteristik individual mereka.
Pada umumnya, stereotip bersifat negatif. Stereotip ini tidaklah berbahaya sejauh kita simpan dalam kepala kita. Akan tetapi bahayanya sangat nyata bila stereotip ini diaktifkan dalam hubungan manusia. Apa yang anda persepsi sangat dipengaruhi oleh apa yang anda harapkan. Ketika anda mengharapkan orang lain berperilaku tertentu, anda mungkin mengkomunikasikan pengharapan anda kepada mereka dengan cara-cara yang sangat halus, sehingga meningkatkan kemungkinan bahwa mereka akan berperilaku sesuai dengan yang anda harapkan.
Pada umumnya, stereotip bersifat negatif. Stereotip ini tidaklah berbahaya sejauh kita simpan dalam kepala kita. Akan tetapi bahayanya sangat nyata bila stereotip ini diaktifkan dalam hubungan manusia. Apa yang anda persepsi sangat dipengaruhi oleh apa yang anda harapkan. Ketika anda mengharapkan orang lain berperilaku tertentu, anda mungkin mengkomunikasikan pengharapan anda kepada mereka dengan cara-cara yang sangat halus, sehingga meningkatkan kemungkinan bahwa mereka akan berperilaku sesuai dengan yang anda harapkan.
6.
Kesimpulan Dini
Kita
semua pernah membuat penilaian yang salah tentang orang lain, terlalu cepat
menilai orang lain, atau bahkan menghakimi mereka. Dua pelajaran berharga yang
perlu kita ingat setiap kali ‘terpancing’ untuk terus menilai orang tanpa
mengenal dia lebih dahulu. Contohnya
simple saja. cuba perhatikan dalam kehidupan sehari-hari kita. Berapa banyak
kebencian yang kita taburkan, berakhir dengan menuai kebencian. Berapa banyak
kebohongan yang kita taburkan, berakhir dengan menuai kebohongan. Berapa banyak
penghakiman yang kita lontarkan berakhir dengan menuai penghakiman.
Jikalau
kita dengan mudah menilai orang dan menburuk-burukkan, jangan heran bila suatu
waktu, kita malah dinilai orang dan diburuk-burukkan. Di sinilah kita mulai
belajar untuk berhati-hati dalam menilai orang lain. Sayangnya, kita mulai
belajar dan ambil langkah perubahan setelah mengalam isuatu kejadian yang luar
biasa di luar kehendak kita. Atau dengan kata lain, kita harus mengalami ‘shock
therapy’ lebih dulu, baru kemudian punya fikiran untuk berubah.
Komentar
Posting Komentar